Mobil Tanpa Sopir, Yuk Intip 7 Kecanggihan Teknologi Self Driving Car
Zaman sudah semakin canggih sekarang. Manusia tak perlu bersusah payah berkat adanya bantuan teknologi. Begitu pula dengan urusan berkendara, kita tak perlu repot-repot lagi menyetir karena hadirnya inovasi bernama self driving car!
Dikenal dengan beberapa nama lain seperti robot car, driverless car dan autonomous car, teknologi ini sudah hadir di beberapa negara maju di dunia. Intip yuk kecanggihannya!
1. Mengenal lebih dekat self driving car
Seperti namanya, self driving car adalah kendaraan yang bergerak secara otomatis tanpa peran manusia di dalamnya. Mobil ini menggabungkan beberapa sensor untuk memahami lingkungannya, seperti radar, GPS, sonar hingga unit pengukuran inersia. Selain itu, mobil ini memiliki sistem kontrol yang canggih dalam menginterpretasikan informasi sensorik untuk mengidentifikasi jalur navigasi yang tepat.
2. Self driving car pertama dikembangkan pada tahun 1977
Berbicara soal sejarah, rupanya ide untuk membuat mobil yang bisa bergerak otomatis sudah terpikir sejak seabad lalu! Eksperimen mengenai automated driving systems (ADS) telah terpikir sejak tahun 1920, lalu berbagai uji coba dilakukan pada tahun 1950. Namun, mobil yang benar-benar otomatis pertama kali dikembangkan pada tahun 1977 oleh Japan’s Tsukuba Mechanical Engineering Laboratory.
Mobil ini dapat melacak marka jalan dengan bantuan dua kamera yang terpasang pada kendaraan serta menggunakan komputer analog untuk pemrosesan sinyal. Mobil ini mencapai kecepatan 30 km per jam, sebuah rekor yang cukup fantastis pada era tersebut.
3. Apakah aman menaiki self driving car?
Kita mungkin bertanya-tanya, apakah aman menyerahkan kendali sepenuhnya pada mobil ini? Apakah tidak ada resiko kecelakaan? Well, hal itu sudah diantisipasi oleh para ahli.
Bahkan, menurut perusahaan konsultan McKinsey & Company mengklaim bahwa meluasnya penggunaan kendaraan otonom dapat mengurangi 90 persen dari semua kecelakaan mobil di Amerika Serikat. Selain itu juga mencegah hingga US$190 miliar dalam kerusakan serta biaya kesehatan setiap tahun, serta menyelamatkan ribuan jiwa.
Selain itu, para ahli keselamatan berkendara menilai bahwa kecelakaan lalu lintas umumnya diakibatkan oleh kelalaian manusia seperti reaksi yang tertunda untuk melakukan pengereman, terdistraksi dan berkendara melebih batas kecepatan. Meski diklaim aman, ternyata self driving car juga bisa mengalami kecelakaan. Seperti self driving car dari Uber yang membunuh perempuan Arizona yang sedang berjalan kaki pada 19 Maret 2018 silam, menurut laman The Guardian.
4. Terdapat beberapa penyewaan self driving car yang bisa kamu coba
Teknologi self driving car memang belum ada di Indonesia. Namun, di Amerika Serikat, terdapat beberapa layanan penyewaan self driving car yang bisa kamu coba. Layanan ini ibarat taksi, namun bedanya tanpa ada pengemudi di dalamnya.
Beberapa perusahaan yang memiliki layanan ini adalah Uber, Waymo dan Lyft. Untuk Waymo, layanan ini beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan dapat dipesan melalui aplikasi Waymo One, terang laman Extreme Tech.
Selayaknya taksi online, kita bisa melihat estimasi harga dan rute yang akan ditempuh. Sementara, di Las Vegas terdapat Lyft yang bisa kita coba. Jumlah armada yang ada di Las Vegas berjumlah 30 mobil, terang laman Engadget. Kita tunggu kedatangannya di Indonesia, ya!
5. Bagaimana efek hadirnya self driving car pada lingkungan?
Sempat terpikir, apa mobil ini ramah lingkungan atau justru sebaliknya? Faktanya, otomatisasi kendaraan dapat meningkatkan penghematan bahan bakar mobil dengan mengoptimalkan sistem penggerak. Bahkan, meluasnya penggunaan mobil otomatis akan menghasilkan efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi, ungkap laman Scientific American.
Lebih lanjut, menurut laporan dari Intelligent Transportation Society of America, self driving car dapat mengurangi 2-4 persen konsumsi minyak dan emisi gas rumah kaca hingga 10 tahun ke depan. Selain itu, mobil ini dapat berakselerasi dan mengerem lebih efisien yang dapat menghemat bahan bakar dan mengurangi energi yang terbuang. Namun, karena penggunaannya belum masif, maka efek positif dari self driving car belum benar-benar terasa.
6. Lantas, apa kendala yang dihadapi oleh self driving car?
Tidak semua berjalan mulus sesuai ekspektasi. Nyatanya, self driving car juga menghadapi berbagai kendala. Teknologi kecerdasan buatan masih tidak dapat berfungsi dengan baik di pusat kota yang kacau dan macet. Selain itu, cuaca ekstrem seperti salju dikhawatirkan dapat merusak sistem pengindraan dan navigasi mobil.
Tak hanya kendala secara teknis, ada pula halangan secara sosial. Semisal pemerintah yang tidak memiliki regulasi khusus terkait self driving car serta tenaga kerja yang kurang, padahal kebutuhannya tinggi.
Hal ini karena jumlah talenta yang tersedia tidak mencukupi permintaan yang tinggi. Dikhawatirkan pula, dengan melesatnya jumlah mobil otomatis, berpengaruh pada hilangnya pekerjaan di sektor industri transportasi.
7. Bagaimana masa depan self driving car di Asia?
Negara tetangga, Singapura, telah selangkah lebih maju. Negeri ini memiliki armada nuTonomy, perusahaan self driving car yang pertama disetujui oleh pemerintah Singapura untuk pengujian mobil otonom di jalanan umum, ungkap laman Campus Eye, koran online milik mahasiswa National University of Singapore (NUS). Layanan ini diuji coba pada tahun 2016 dan beroperasi secara komersil pada tahun 2018 silam.
Sementara, pada Agustus 2018, Asosiasi Produsen Otomotif Indonesia (Gaikindo) sempat mengadakan pameran tentang inovasi dalam sektor otomotif. Pameran ini memberikan peluang bagi teknologi automated vehicles (AV) untuk berkembang. Meski begitu, jalanan Jakarta yang padat dan macet dirasa belum cukup siap untuk menerima teknologi ini, ungkap laman CIO.
Nah, itulah 7 fakta seputar self driving car. Mari kita berharap supaya Indonesia juga turut merasakan kecanggihan ini, ya!
Sumber: jabar.idntimes.com , medium.com , wired.com , iothub.com.au , theinformation.com , en.usens.com , popsci.com , blog.nus.edu.sg